Kamis, 09 Desember 2010

PETUALANGAN SERATUS RIBU

Aku terbang melayang, mengikuti arah angin kemana ia membawaku. Sampai suatu waktu, aku terjatuh di jalan, dan tangan yang kasar nan lusuh dan tidak terawat, langsung memungutku. Begitu bahagianya ia telah memungutku.  Kemudian tangan itu langsung menaruhku di dalam tempat yang sangat tidak nyaman. Tempat itu kotor dan terdapat beberapa teman kecilku yang lusuh. Sungguh menyiksaku, aku lebih baik terus melayang dibawa angin, daripada aku harus berada disini.
Kemudian tangan itu kembali mengambilku, ia menyerahkanku kepada tangan lainnya, tangan nan kasar, sungguh kasar. Lalu seseorang itu segera berlari ke suatu tempat, aku mengenal tempat ini. Ya, inilah tempat dimana aku akan dijual dan ditukar dengan beberapa barang lainnya. Sungguh sedih hatiku. Mereka menjual ku hanya untuk memuaskan kebutuhan mereka.
Setelah menjualku, aku pun berpindah ke tangan yang lain, kali ini tangan yang lumayan halus. Tidak seperti tangan yang tadi. Kemudian ia menaruhku di tempat yang berbentuk kotak, kupikir, pasti nyaman. Tapi ternyata, di tempat itu terdapat banyak teman-temanku yang tak terurus. Dari teman sebayaku, sampai teman kecilku. Mereka bilang, sudah berhari-hari mereka berada didalam tempat lembab ini. Mereka mengeluh, mereka ingin pulang. Tidak hanya mereka yang ingin pulang, aku pun begitu. Aku rindu kampung halamanku.
                                                                                    ***
Sudah berhari-hari aku didalam tempat lembab ini, aku sudah tak tahan, aku ingin pindah dan bebas dari sini. Ketika aku berharap begitu, tiba-tiba muncul secercah cahaya dari atas, cahaya yang mungkin akan membawaku kesuatu tempat. Dan ternyata dugaanku benar. Tangan yang kemarin menaruhku di tempat ini, mengambil aku dan teman-teman sebayaku, mungkin kami akan ditukar lagi.
Ternyata benar, kami dibawa ke suatu tempat. Lalu kami diberikan ke tangan yang halus sekali. Tangan yang lebih baik dari pada yang tadi. Ah sepertinya tempat ini nyaman, tempat ini sejuk dan bersih. Seperti di kampung halaman. Tapi agak sedikit berbeda. Di kampung halaman kami, sebelum masuk ke tempat istimewa, kami di hitung dan dibersihkan. Nyaman sekali.
Tapi tempat ini tak kalah nyaman dari kampung halaman kami, hanya sedikit sempit, kami agak berdempetan. Ah andai kami bisa berada disini terus. Kami senang sekali. Tapi sayangnya, kami tak akan bertahan disini terus-menerus. Pasti suatu saat kami akan dipindahkan lagi. Sungguh sayang beribu sayang. Tapi mungkin kami akan cukup lama berada disini. Sungguh ini adalah tempat ternyaman yang pernah aku singgahi.
Kalau aku ingat-ingat, aku tak pernah berada didalam tempat yang nyaman seperti ini. Aku selalu berada di tempat yang kotor, lembab dan lusuh. Pernah juga, aku ditaruh di tempat yang nyaman, tapi itu tak bertahan lama. Dari situlah aku terbawa angin. Cukup lama juga angin membawaku, hingga ada yang memungutku, dan petualanganku pun dimulai dari situ. Hingga akhirnya aku tiba di tempat nyaman ini.

                                                                                  ***
Mungkin kah aku akan kembali ke kampung halamanku?. Jika aku ingat-ingat lagi, aku sudah lama sekali tidak pulang. Apa mereka tidak mencariku? Aku tau mereka pasti tidak mencariku. Karena banyak sekali teman sebayaku yang berada disana. Mana mungkin mereka mencariku. Sungguh bodoh jika aku berpikiran, bahwa mereka akan mencariku. Aku yakin mereka memang sengaja menciptakanku, lalu mengedarkan ku ke tempat yang sangat jauh.
Apa mereka tidak berpikir kalau aku sungguh rindu rumah. Aku ingin pulang. Semoga aku dapat mewujudkan keinginanku. Semoga tangan halus yang menaruhku disini, akan membawaku pulang. Karena aku yakin, mereka pasti akan menyimpan kami ditempat teraman, yaitu kampung halamanku.
Mungkin mereka sudah sering menyimpan teman-teman sebayaku disana. Ah menyenangkan sekali jika aku benar-benar pulang. Disana pasti banyak temanku.
 
                                                                              ***
Ketika aku sedang tertidur lelap. Aku mendengar ada yang berbicara. Mungkin dia adalah tangan halus yang menaruhku. “Pa, besok aku ingin ke bank, aku ingin menabung untuk menambah simpananku. Aku pinjam mobil papa ya?” ucap pemilik tangan halus itu.
Apa? Bank? Itu kampung halamanku. Akhirnya aku bisa pulang. Besok kami akan pulang. Betapa bahagianya hatiku ini. Aku segera membangunkan teman-temanku. Aku memberitahu mereka bahwa kami semua akan pulang besok. Kami bersorak gembira. Akhirnya keinginanku terwujud. Aku sungguh bahagia. Bahagia, sangat-sangat bahagia.

Hari ini tiba juga. Hari dimana aku akan pulang dan beristirahat untuk sementara. Jika kami pulang, biasanya kami lama untuk diedarkan. Tak tau kapan. Tapi yang jelas kami pasti akan keluar lagi dari sana, meski itu bukan keinginan kami. Keinginan kami yang sesungguhnya adalah berada disana untuk selamanya. Tapi sayang itu takakan pernah terjadi dalam sejarah hidup kami. Kami adalah barang pemuas kebutuhan. Kami akan selalu beredar dan menjadi bahan perebutan. Tapi... masabodo lah. Itu masa depan. Yang penting, sekarang kami akan pulang. Beristirahat sejenak bersama teman-teman kami yang lain.
Perjalanan menuju rumah cukup melelahkan. Mungkin jaraknya jauh dari rumah pemilik tangan halus itu. Hatiku berdebar-debar. Rasanya tak percaya bahwa aku akan pulang. Kami diambil dari tempat nyaman ini. Lalu diserahkan kepada tangan halus lainnya. Pemilik tangan itu, saling berbicara.
“Hy Rie, lama gak nabung disini. Kemana aja?”
“oh, yah kumpulin uang yang banyak dulu, baru aku tabung kesini. Emang kenapa? Kangen yah sama aku?. Oh ya, sepertinya kamu menikmati pekerjaan disini”
“ya, aku sangat menikmatinya. Wah, banyak sekali uang yang kamu tabung. Hanya beberapa hari kamu bisa mengumpulkan uang lima juta rupiah dan langsung menabungnya. Kamu hebat”
“ah biasa saja. Maaf nih aku buru-buru. Tolong cepat di setor.”
“iya-iya”
Akrab sekali mereka. Aku yakin mereka saling kenal. Ah, kami akan segera masuk kedalam rumah. Kami akan dihitung, lalu dibersihkan. Dan..... kami sampai di rumah! Rumah! Rumah idaman. inilah tempat ternyaman di dalam hidup kami. Terima kasih tangan halus, aku, maksud ku kami. Sangat berterima kasih kepadamu, karena telah mengantar kami pulang ke rumah.  Terima kasih.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar